Jelajah Pulau Menjangan,menikmati keindahan Pulau Menjangan yang dihuni hewan Rusa atau Menjangan, dan terdapat tempat peribatan Agama Hindhu Snorkeling di Pulau Menjangan, Taman Nasional Bali Barat, menikmati spot indah terumbu karang pulau menjangan, Pulau yang memiliki luas kurang lebih 6.000Ha, sedikit gersang di saat musim panas, karena georafisnya terdiri dari batuan karang dan vulkanik.

Untuk menuju ke Pulau Menjangan yang terletak di ujung Barat, dan berdekatan dengan Pulau Jawa yang hanya dipisiahkan oleh Selat Bali terdapat 4 jalur penyebrangan yaitu jalur dari Banyuwangi di Pantai Bangsring dan Grand Watu Dodol. dan jalur penyebrangan dari Bali yaitu dari Labuan Lalang dan Dermaga Banyuwedang yang dekat dengan Mimpi Resort Menjangan, di jalur ini dapat ditempuh sekitar 30menit dengan menggunakan Kapal Nelayan dengan kapasitas 10-12 orang.

Pulau yang mempertahankan tidak menggunakan listrik ini digunakan untuk peribadatan “Tirta Yatra” sembahyang Umat hindu mempunyai beberapa Pura dan Palinggih yaitu: Pura Taman/Beji, Pasraman Agung Brahma Ireng/Ratu patih Keboiwa, Pagoda Agung Dewi Kwan Im / Palinggih Dewi Kwam Im / Dewi Kemakmuran, Pendopo Ida Bathara Dalem Gajah Mada / Hyang Wisnu Murti /Palinggih Gajah Mada, Pura Sang Hyang Siwa Pasupati, Dalem Erlangga, Pelinggih Ida Bathara Lingsir Watu Renggong, / Palinggih Dalem Waturenggong, Pelinggih Sang Hyang Ganesha, Pura Segata Giri Dharma Kencana, Palinggih Lebuh, Lingga Ida Ratu Kanjeng Roro Kidul, Linggih Ida Ibu Parwati, Lingga Yoni dan Hyang Semar.

Di sekitar Pulau Menjangan juga memiliki keindahan taman laut yang terkenal, terdapat palung laut, terumbu karang yang beragam, keindahan ikan laut hias yang beragam, dan air laut yang jernih dan relatif tenang, sehingga dapat dinikmati dengan Snorkeling, Free Diving maupun Scuba diving.

Pulau Menjangan ini konon mempunyai cerita perjalanan Dang Hyang Siddimantra dari pulau Jawa ke Bali, di pulau konon beliau menorehkan tongkatnya untuk memisahkan pulau Jawa dan Bali, agar putra beliau yang bernama Bang Manik Angkeran menetap di Bali Dwipa dan tidak kembali ke Jawa.